Thursday, June 5, 2008

Batik Gates


www.inilah.com

CELAH 14/05/2008 22:23

Batik Gates

M. Ichsan Loulembah

LELAKI itu tidak selesai kuliah. Waktu muda tubuhnya kerempeng, dan ringkih. Kini pengaruhnya amat besar bagi dunia. Namanya sering menempati urutan teratas orang terkaya di dunia. Paling sial dia berada di urutan ketiga.

Bill Gates, Chairman Microsoft Corp, datang memberikan ceramah yang diminati banyak segmen di masyarakat. Bukan untuk menjelaskan mengapa perusahaannya terus berupaya 'menelan' icon dunia internet seperti Hotmail dan Yahoo! yang masih jadi pembicaraan.

Jumat itu (09/05/08), Gates datang untuk sebuah pemaparan tentang masa depan internet dan manfaatnya bagi sebuah komunitas, pengelolaan negara, bangsa, bahkan dunia. Namun, bukan itu yang menjadi fokus artikel pendek ini.

Pakaian yang membalut tubuh pria berkacamata itu yang justru menarik perhatian saya. Bill Gates memakai batik!

Wajah seriusnya nampak padu dengan pilihan batik bercorak padat. Pemakaian batik itu ternyata inisiatif para pengurus Kamar Dagang dan Industri (KADIN). Sebuah tindakan yang penting, strategis, dan sadar pemasaran.

Peristiwa Gates berbatik dapat dilihat dari beberapa sudut. Pertama; walaupun
pernah juga digunakan para pemimpin APEC beberapa tahun lalu, Gates tetaplah icon penting. Bahkan jauh melampaui pengaruh para pemimpin formal tersebut.

Dia diperhatikan, bahkan menjadi teladan segala usia. Sehingga foto salah satu figur penting di sektor teknologi informasi ini segera terpampang di dunia maya. Dan akan mengalami reproduksi berlipat-lipat.

Kedua; karena backbone generasi internet adalah anak muda, tentu sebuah
kampanye yang menarik. Para praktisi pemasaran tentu amat mafhum bahwa anak muda adalah segmen pasar yang sangat atraktif, dan dinamis.

Bukan itu saja, selain terus bertumbuh, anak muda sering menjadi penentu kecenderungan. Bahkan bagi pasar dewasa sekalipun.

Gates, menambah deretan pesohor dunia, setelah Nelson Mandela dan batiknya. Walau berkarakter beda, keduanya pesohor dengan pengagum melintasi batas apapun.

Ketiga; seharusnya momentum 'Gates' pakai batik tidak lewat begitu saja seperti pemimpin APEC dan Mandela pakai batik, tempo hari. Justru harus dijadikan sebuah momentum untuk gerakan yang lebih besar. Sebuah gerakan pemasaran atau promosi perdagangan internasional.

Pemerintah - dalam hal ini kementerian perdagangan - merumuskan sebuah proyek pemasaran dengan cara yang tidak biasa. Karena selama ini cara berpromosi kita terlampau biasa; pameran, eksibisi, pertunjukan, dengan tulang punggung pelaksana para staf KBRI plus birokrat Departemen Perdagangan.

Keempat; walaupun memiliki banyak kekayaan budaya yang dapat dijadikan komoditas, batik paling layak dijadikan prioritas. Karena sebagai busana, batik bisa menjadi produk massal. Juga mewakili keragaman corak berdasarkan etnisitas bangsa kita.

Bayangkan, pemakaian batik sekarang jauh lebih meriah dan massal dibanding satu dekade yang lalu. Ada lagi bedanya; dulu lebih sering dipakai pada acara formal, sebagian bahkan 'setengah kewajiban'.

Kini, batik secara sukarela menjadi bagian dari mode segala lapisan ekonomi, sosial, dan usia. Bahkan kafe dan diskotik pun tak kuasa menahan laju batik.

Sudah waktunya batik dipakai oleh semua pejabat dan birokrat pada garis depan pergaulan dunia. Mulai dari para diplomat kita diberbagai belahan bumi.

Sampai utusan resmi kenegaraan pada setiap agenda bilateral, multilateral, perundingan politik, negosiasi dagang, dan konferensi penyelamatan lingkungan.

Bangsa-bangsa lain, jamak melakukannya. Utusan resmi India, Pakistan, bahkan Filipina, apalagi negara-negara Afrika, kerap menggunakan busana nasional di setiap forum internasional yang mereka ikuti.

Selagi menuntaskan kolom ini, mata saya tertumbuk pada dua gambar. Yang satu memuat foto Bill Gates berbalut batik bercorak pisang Bali. Satunya lagi memuat tampang Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik tersenyum lebar dengan jas lengkap dalam iklan Visit Indonesia Year 2008.

Penulis adalah Anggota Dewan Perwakilan Daerah [L1]

No comments: