Thursday, October 4, 2007

Aktivis Perempuan Indonesia Timur Terima Saparinah Sadli Award

Media Indonesia Online - Sabtu, 25 Agustus 2007 12:15 WIB

JAKARTA--MIOL: Dua aktivis perempuan asal Indonesia timur menerima penghargaan Saparinah Sadli Award.Mereka adalah Aleta Ba'un aktivis lingkungan masyarakat adat asal Soe Nusa Tenggara Timur dan Mutmainah Korona pendorong partisipasi politik perempuan dan penerapan anggaran pro rakyat miskin asal Palu. Terpilihnya dua aktivis ini antara lain terkait upaya mereka mendorong pencapaian Millenium Development Goals (MDGs).

"Kedua perempuan ini dipilih karena mereka, yang awalnya namanya bahkan tidak kami kenal ini, berjuang dalam medan yang berat dan menempuh perjuangan struktural yang sangat sulit ditembus. Semuanya untuk perbaikan nasib masyarakat sekitarnya terutama para perempuan," ujar Ketua Dewan Juri Saparinah Sadli Award Melanie Budianta, Jumat (24/8).

Saparinah Sadli sendiri adalah adalah seorang akademisi yang sempat memimpin Komnas Anti Kekerasan Terhadap Perempuan pada era Presiden Habibie.

Aleta Ba'un, salah satu penerima penghargaan ini, sejak 1993 bersama suku adat Molo giat melindungi sumber daya alam kabupaten Soe dari pencemaran pertambangan pualam. Sebelumnya perempuan asal Timor Barat ini pernah dinominasikan untuk Women's Nobel Prize for Peace.

Sementara Mutmainah Korona yang juga meraih penghargaan ini merupakan Direktur Komunitas Peduli Perempuan dan Anak Palu. Ia ikut aktif merancang substansi Perda tentang pemenuhan hak anak Sulawesi Tengah yang sedang digodok di DPRD setempat serta ikut menyusun naskah akademik Perda anti perdagangan perempuan dan anak Sulawesi Tengah. Selain membuat rumah singgah bagi anak-anak yang trauma dan termarjinalkan, Mutmainah juga menggagas konsep masyarakat melek gender.

Dewan juri yang terdiri dari Ery Seda, Kristi Purwandari, Maria Ulfah Anshor, Hermandari Kartowisastro, Ichsan Loulembah, dan Nurul Arifin ini awalnya sempat kesulitan menentukan penerima penghargaan Saparinah Sadli tahun ini.

Pasalnya banyak nama yang dianggap memenuhi kriteria dasar antara lain menunjukkan kepedulian terhadap perjuangan keadilan dan pemberdayaan bagi perempuan, menapaki jalur karir yang menunjukkan komitmen untuk perubahan dan pembangunan, mendapat pengakuan dari lingkungan, melakukan kiprah nyata yang menunjukkan fokus pada peningkatan kapasitas masyarakat terutama perempuan dan menujunjung tinggi prinsip keadilan dan demokrasi.

"Awalnya kami punya lebih dari 100 nama yang memenuhi kriteria ini namun kami fokus pada menjadikan MDGs sebagai kerangka untuk memilih, juga kami tahun ini memprioritaskan memberi penghargaan pada tokoh-tokoh perempuan di daerah," kata Melani.

Fokus terhadap MDGs diambil karena keprihatinan akan besarnya masalah gizi buruk dan minimnya kesetaraan gender yang masih menimpa Indonesia. Untuk itu penerima penghargaan kali ini merupakan orang-orang yang berhasil melalui perjuangan dan medan yang sulit di daerah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak-anak.

Menerima penghargaan Saparinah Sadli, Aleta Ba'un menyatakan kebahagiaannya atas masih tingginya perhatian masyarakat adat di daerah. "Saya akan terus berjuang atas nasib masyarakat adat dan bumi tempat kami bernaung. Daerah kami adalah sumber utama mata air dan penghasil pangan untuk Kupang, Dili, dan Atambua. Dengan adanya pertambangan, hutan jadi rusak, air tercemar, tempat ritual adat jadi hilang. Saya tidak akan berhenti berjuang meski terus diteror untuk dibunuh karena menentang," tuturnya.

Sementara Mutmainah Korona merasa terkejut dirinya meraih penghargaan ini. "Saya tidak merasa yang saya lakukan ini berharga. Awalnya saya hanya prihatin dengan angka kemiskinan di Donggala yang sangat tinggi karena korupsi. Saya pikir kemajuan harus dimulai dengan mencerdaskan perempuan-perempuan di daerah. Saya senang ada kepedulian terhadap mereka." (DI/OL-03)
---------Sumber: Media Indonesia Online

No comments: